Dengan sebilah puisi
Dengan sebilah puisi
Aku mudah terkantuk-kantuk
Pada mata pisau
Dengan sebilah puisi
Aku mudah risau
Pada janji matahari
Karena puisi
Tak mesti ringkuh
Pada peluh?
Segala kembali
Segala kembali
Bahkan kembali
Pada selain diri
Singgah
Kalau engkau tahu
Tak kemana singgah kata-kata
Serupa pena
Yang menulis nama raja dan pencuri
Jauh meninggalkan kerak bumi
Dengkur pelacur dan petani
Yakinlah!
Alamat kesurga
Masih tersekap lindap sore
Kasur
Dihulu setiap kasur aku tidur
Jalan
Jalan-jalan
Bolong-bolong
Belang-belang
Laila, rebahlah diranjangku
Aku tak menghendaki desahmu mendesau
Mengembalikan detak jam yang terpejam
Kelangkah kaku kakiku
Saat aku menerjemahkan tikar kedalam sangkar
Rupa-rupa ranjang
Rupa-rupa mimpi yang dilelapkan kasur
Tapi mimpi diantara kantukku
Mulai tertarik pada lesung pipi malaikat
Yang lekat-lekat menancap
Dan membusung angka satu didadamu
Maka laila
Rebahlah diranjangku
Tulislah selamat datang dirongga terdalam payudaramu
Agar amis pandan
Bersamamu melukis waktu
Yang sendirian berbisisk dipinngir kasur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar